Pada tahun-tahun kesulitan, dijaman manusia masih
miskin dan manusia belum sangat sibuk dengan urusan dunia, budaya
teposeliro dan sopan santun telah menjadi pelajaran yang sangat bagus
untuk diterapkan, diamalkan, diajarkan dan diwariskan dari orang tua
kita kepada kita dan dapat wujud dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
hidup bermasyarakat serta berbangsa. Memang suasana kemiskinan biasanya
menghasilkan suasana yang demikian itu dengan sangat kentalnya.
Budaya ini memberi pengertian agar kita senang
apabila orang lain mendapat kesenangan, dan kita ikut sedih bila orang
lain mendapat kesedihan. Orang yang memiliki jiwa teposeliro yang tinggi
maka tidak akan menyakiti orang lain dan bahkan berusaha menyenangkan
orang lain, karena ia merasa senang kalau dirinya juga diberi kesenangan
oleh orang lain. Dan dia benar-benar merasakan kenikmatan jiwa dengan
mendapatkan pahala kemuliaan karena perbuatan memberikan kebaikan pada
orang lain.
Manusia tidak akan menyusahkan orang lain, karena
dirinya tidak ingin disusahkan. Tidak akan menghina dan mencemarkan
orang lain, karena dirinya tidak ingin dihina dan dicemarkan. Tidak
ingin melaknat dan mengutuk orang lain, karena dirinya tidak ingin
mendapat laknat dan kutuk. Tidak ingin mempermalukan orang lain, karena
dirinya tidak ingin dipermalukan, dst.
Demikian pula sopan santun, orang akan suka kalau
dihormati oleh orang lain, maka sebaliknya ia akan bersikap menghormati
juga kepada orang lain. Kita merasa senang kalau bila diberi dan
disayangi oleh orang lain, maka kitapun bersikap suka memberi dan
menyayangi orang lain, dst, dst.
Budaya tepo seliro, dan sopan santun ternyata suatu
budaya yang tinggi, ekspresi hati dan tubuh yang spontan dari sosok
manusia yang memiliki jiwa yang suci dan bersih, yang waktu-waktu
hidupnya dipenuhi dengan banyak selalu berbakti kepada Allah, Tuhan yang
Maha Mulia.
Bila manusia melazimi kebutuhan utama jiwa, yaitu
selalu bertasbih mengagungkan Allah SWT, dan selalu tunduk patuh dan
taat kepadaNya maka pribadi teposeliro dan sopan santun akan menyatu
dalam segala penampilannya. Penampilan yang iklash mencari kemuliaan
disisi Allah saja.
Allah mencintai orang yang beraklaq mulia. Orang yang
beraklaq mulia akan dimasukkan kedalam surga dekat dengan para Nabi dan
Rasul. Akhlaq yang tinggi adalah akhlaq orang memiliki hikmah
kebijaksanaan sebagaimana Allah firmankan
.
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah
diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran
kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)
Karena itu Allah memberikan pahala di
dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan. (QS. 3:148)
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. 16:128)
.
Demikian juga di dalam hadist Rasulullah Muhammad SAW disampaikan yang artinya :
.
“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud)
Kamu tidak bisa memperoleh simpati semua
orang dengan hartamu tetapi dengan wajah yang menarik (simpati) dan
dengan akhlak yang baik. (HR. Abu Ya’la dan Al-Baihaqi)
Di antara akhlak seorang mukmin adalah
berbicara dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila
berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji
ditepati. (HR. Ad-Dailami)
.
Akhlaq yang mulia adalah akhlaq manusia yang mulia,
akhlaq yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang dekat kepada Allah,
baik itu para Nabi atau orang-orang yang rajin beribadah dan berbakti
kepada Allah. Seluruh Nabi dan Rasul semuanya diberi hikmah oleh Allah
diantaranya Allah firmankan
.
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. (QS. 3:48)
Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami
berikan kepandanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. 12:22)
dan kepada Luth, Kami telah berikan
hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah
menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya
mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, (QS. 21:74)
(Ibrahim berdo’a):”Ya Tuhanku, berikanlah
kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang
saleh, (QS. 26:83)
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna
akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan.Dan
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(QS. 28:14)
.
Bagi umat Islam, untuk menjadi manusia yang berakhlaq
mulia, berjiwa tepo seliro dan sopan santun yang tinggi adalah dengan
memahami dan menghayati Al-Qur’an dan Al Hadist Rasulullah Muhammad SAW.
Dan itu semua telah Allah kabarkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
.
Sungguh Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka
seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata. (QS. 3:164)
Alif Laam Raa’. Inilah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung hikmah. (QS. 10:1)
Dan ingatlah apa yang dibacakan di
rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu).Sesungguhnya
Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. 33:34)
Demi al-Qur’an yang penuh hikmah, (QS. 36:2)
.
Sungguh Kitab Allah Al-Qur’an dan Hadist Nabi
Muhammad SAW benar-benar penuh penjelasan tentang sumber-sumber akhlaq
mulia dan bagaimana agar manusia mendapatkan dirinya bisa menjadi orang
yang bisa berakhlaq mulia.
.
1. Sebab-sebab Kehilangan Teposeliro dan Sopan santun
Dan untuk menjawab kenapa manusia kehilangan akhlaq
teposeliro dan sopan santun, Al-Qur’an juga sudah membahas dengan sangat
jelas dan tuntas. Manusia yang melupakan Allah dzat Yang Maha Mulia
dzat yang Maha Tinggi, maka manusia akan lupa kepada dirinya sendiri,
dan lupa pula kepada kemulian dan ketinggian sifat-sifat dirinya.
Sehingga berubah menjadi makhluq rendah dan hina, sekaligus
sifat-sifatnya rendah dan hina. Diantara penyebab manusia menjadi
makhluq yang yang rendah dan hina adalah
.a. Lupa kepada Allah
Dan janganlah kamu seperti orang-orang
yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri
mereka sendiri.Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. 59:19)
Jiwa manusia membutuhkan siraman kasih sayang Allah,
bila manusia tekun beribadah kepada Allah, maka manusia akan dapat
menggapai sifat-sifat mulia dan mempertahankannya, sebaliknya bila
manusia menjauh dari Allah, maka pasti manusia menuju kepada akhlaq yang
rendah dan hina.
.
b. Sibuk dengan kenikmatan dunia
Mereka (yang disembah itu) menjawab:”Maha
Suci Engkau tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (jadi)
pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak
mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingat (Engkau); dan
mereka adalah kaum yang binasa.” (QS. 25:18)
Sibuknya manusia untuk terpana dengan dunia, akan
menghabiskan waktu hidupnya untuk terpikat dengan dunia, dunia yang
begitu mengesan di dalam hati akan menggeser kecintaan hati manusia
kepada Allah, sehingga waktu-waktu di dunia tersita dengan mabuk
keindahan dunia dan habislah waktunya, sehingga waktu-waktu untuk
beribadah mengagungkan Allah menjadi terabaikan.
.
c.Memuaskan bujukan hawanafsu
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara)
di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. 38:26)
Menikmati kelezatan dunia sering membuat hati
tergelincir kepada kenikmatan-kenikmatan dunia yang berkwalitas rendah,
ibarat orang asyik bermain ski salju maka semakin dinikmati semakin
menuju jalan menurun, jalan-jalan menurun yang menjauh dari Allah Tuhan
Yang Maha Tinggi, dan bergerak menuju kerendahan.
.
d.Mengikuti jalan syaitan
Syaitan telah menguasai mereka lalu
menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang
merugi. (QS. 58:19)
Jalan-jalan syaitan memang jalan-jalan licin dan
penuh tipu daya. Bujukan hawa nafsu sudah cukup menggelincirkan,
sehingga banyak manusia yang melewati batas dan mengghabiskan hidupnya
untuk tergelincir. Bujukan syaitan ibarat amplifier yang dapat melipat
gandakan bujukan hawa nafsu menjadi semakin membakar dan menggelora di
hati. Dan manusia yang terbakar dengan bujukan syaitan pasti diajak
menjauh dari Allah dan diajak untuk tersesat dari jalan Allah.
Melupakan Bertasbih kepada Allah, lupa beribadah
kepada Allah, biasanya dipicu oleh nikmatnya hidup di dunia, manusia
semakin sibuk menghadapi aktifitas kesenangan hidup di dunia, dan
membawanya lupa kepada tujuan hidup, lupa kepada bagaimana mengisi
aktifitas hidup, dan bagaimana menyiapkan jalan akhir kehidupan, serta
bagaimana mengisi hidup dengan kwalitas yang tinggi yang dirdhoi oleh
Allah sang Pemrakarsa kehidupan di seluruh Alam.
Proses berjalan dari, sibuk kepada kelezatan
menikmati indahnya dunia yang memikat, dilanjutkan dengan melupakan
kehidupan yang haqiqi di akherat, sekaligus terbelok mengikuti bujukan
syaitan yang aduhai menggoda dan menawan, dan untuk menyimpang dan
bahkan durhaka kepada Allah dzat Yang Maha Rahman dan Rahim. Maka dosa,
kelalaian, kedurhakaan, dan kekufuran menjadi aktifitas sehari-hari, dan
itulah yang menjadikan manusia kehilangan akhlaq yang mulia..
Manusia yang ada pada kesesatan dan kerendahan, akan
tidak lagi memiliki kepekaan jiwa, termasuk pada proses berikutnya
budaya tepo seliro dan sopan santun yang begitu mulia dan tinggi akan
tergusur dan bahkan dianggap sebagai perbuatan yang kuno, ketinggalan
jaman, kurang gaul, kurang ilmu dan seterusnya, padahal disanalah modal
persatuan, kerukunan dan kedamaian serta kebahagiaan.
.
2. Hal-Hal yang Merusak Perdamaian dan Persaudaraan
Ada dua hal yang perlu diperhatikan, ciri-ciri umat
yang akan bercerai berai adalah, pertama, mereka menyukai perilaku
binatang ternak dan yang kedua mengganggab indah dan aman akan
penyimpangan yang telah dilakukan, dan akan berakhir menuju kerendahan
dan pertikaian. Marilah kita uraikan dengan melihat firman-firman Allah
sebagai berikut.
.
a. Berperilaku seperti binatang ternak
Manusia yang tidak mau mengikuti petunjuk Allah,
dikatakan Allah sebagai manusia yang tuli, bisu dan buta tidak mampu
mengambil manfaat besar petunjuk-petunjuk tersebut. Tuli, bisu dan buta
jiwanya. Allah menggambarkan mereka sebagai makhluq yang berderajad
rendah, sama dengan hewan atau bahkan lebih rendah.
Allah telah menundukkan kepada kita bagaimana
menguasai dan menundukkan berbagai jenis binatang. Tetapi kalau manusia
sudah menyimpang dan tidak mau tunduk kepada Allah, maka akan sangat
sulit untuk mengatur manusia yang menempuh jalan kerendahan.
Orang tua akan merasa sangat kewalahan mengatur
anak-anaknya yang telah bisaa memperturutkan hawa nafsu yang rendah.
Maka demikian pula bila hal tersebut sudah membudaya merata didalam
tatanan masyarakat dan bangsa.
.
Sesungguhnya binatang (mahluk) yang
seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli
yang tidak mengerti apa-apapun. (QS. 8:22)
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya? (QS. 25:43)
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan
mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari
binatang ternak itu). (QS. 25:44)
.
tidak ada sesorang yang tidak tertarik dengan
memperturutkan bujukan hawa nafsu, kecuali bagi mereka-mereka yang
benar-benar berpegang teguh pada jalan-jalan iman dengan tekun dan
konsekwen. Dan memang demikianlah ujian kehidupan dari zaman ke zaman.
Apalagi di zaman sekarang ini, proses penularan perbuatan jahat sudah
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat terbuka lebar dan sangat mudah,
sungguh merupakan ujian iman yang sangat berat.
.
b. Menganggab indah penyimpangan-penyimpangan dan mengira dapat petunjuk
Suasana hati yang gelap dan tersesat, gelap dari
hidayah Allah, sesat dari hidayah Allah, ibarat orang dalam kegelapan
kabut yang mentabir hati. Mirip sekali dengan orang yang sedang mabuk
dan kecanduan. Semua aktifitasnya diarahkan untuk mendapatkan
kepuasan-kepuasan instan yang diangan angankan. Walaupun kadang
berakibat rusaknya tubuh bahkan rusaknya jiwa dan raganya.
.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak
beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).
(QS. 27:4)
Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu
benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka
menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. 43:37)
.
Bila manusia sudah memperturutkan bujukan syaitan,
maka untuk menghentikan dari penyimpangan tersebut diperlukan kemauan
yang sungguh-sungguh, karena disamping mereka telah rusak jiwanya, telah
lemah jiwanya. Namun syaitan juga berusaha menghalang-halangi agar
manusia tersebut tetap dalam kegelapan dan amat sulit untuk keluar
kembali ke jalan yang benar, dan bahkan menampakkan bahwa jalan-jalan
sesat yang telah ditempuhnya itu adalah jalan yang benar.
Sebuah generasi yang sudah mempeturutkan hawanafsu
membutuhkan penanganan yang lebih sulit dan lebih sangat-sangat
sungguh-sungguh, untuk menyadarkan mereka keluar dari berbagai belenggu
syahwat, belenggu syaitan, jebakan-jebakan syaitan.
Betapa sudah sangat-sangat jelas sebab-sebab rusaknya
akhlaq manusia di suatu zaman. Demikian pula rusaknya kedamaian dan
kerukunan kehidupan di dunia ini. Bila manusia mau kembali kepada Allah
dan bertekun mengikuti jalan-jalan petunjuk Allah, pasti mereka akan
menemukan kembali jalan kemuliaan menuju jiwa yang mulia, jiwa yang
damai dan bersaudara.
Sebaliknya bila manusia sudah tergelincir kepada
budaya-budaya yang dimurkai oleh Allah, menekuni jalan-jalan kelezatan
ragawi dengan melampaui batas, maka manusia akan terbelenggu dengan
sifat-sifat buruk dan sifat-sifat merusak. Dan retaklah persaudaraan dan
kedamaian antar umat manusia. Termasuk pula di dalamnya manusia akan
kehilangan kepribadian teposeliro dan kehilangan watak mulia dari dalam
dirinya.
Mestikah kita harus kembali menelusuri jalan-jalan
kemiskinan harta, agar kita dapat kembali merenungi arti hidup dan
kehidupan ???, apakah yang musti kita tambahkan dalam diri kita ??? agar
dalam zaman yang hingar bingar dan serba cepat seperti ini kita tetap
dapat menjadi manusia-manusia yang memiliki teposeliro yang tinggi juga
sopan santun yang terwujud dalam akhlaq sehari-hari,
Manusia
tetap saja manusia yang mempunyai rasa (jiwa keimanan) yang harus
diunggulkan keutamanya dibanding benda-benda mati lainnya, walaupun
benda mati itu berupa sebuah komputer super cerdas atau peralatan super
canggih, tetap saja hanya manusia yang dapat memiliki kemampuan untuk
memiliki teposeliro dan bersopan santun yang tinggi. Dan itulah
keunggulan manusia atas makhluq yang lainnya. Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment